Model ini adalah model persediaan yang sudah tua, sehingga perlu beberapa asumsi untuk penerapannya:
Pembagian Manajemen
Top Posts
-
Tulisan Favorit:
Commen-tarz
Meta map
-
Goodreads
Model ini adalah model persediaan yang sudah tua, sehingga perlu beberapa asumsi untuk penerapannya:
Unsur-unsur biaya yang dapat digolongkan di dalam persediaan adalah sebagai berikut:
Klasifikasi ABC adalah salah satu cara pengendalian persediaan dengan menggunakan analisis nilai persediaan. Klasifikasi ABC ini merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip Pareto dimana intinya adalah fokus pengendalian persediaan pada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) dari pada yang bernilai rendah (trivial).
Analisis Break Even adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui break even ini diharapkan pada volume penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, yaitu tidak rugi ataupun tidak untung.
Analisis ini memerlukan estimasi mengenai biaya tetap, biaya variabel, dan penjualan. Contoh dari biaya tetap adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan bangunan, bunga kredit, dan gaji pimpinan, sedangkan contoh dari biaya variabel adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya material, biaya utiliti. Dan untuk pendapatan diasumsikan berbentuk linier dimana besarnya bertambah sesuai dengan pertambahan volume penjualan.
Rumus Break Event Point (BEP) untuk single product adalah:
BEP(unit/x) = FC / (S – VC)
atau
BEP(rupiah) = FC / (1 – (VC/S))
Dimana :
FC = fixed cost (biaya tetap), VC = variable cost (biaya variabel), S = sales (penjualan).
Rumus BEP untuk multiple product adalah:
BEP(rupiah) = FC / (1 – (TVC/TR))
Dimana :
TVC = total variable cost (total biaya variabel), TR = total revenue (total pendapatan).
Posted in Management Produksi
Tagged biaya tetap, biaya variabel, break event point, multiple product, single product
Secara umum ada 3 jenis tata letak dalam industri manufaktur, yaitu: Continue reading
Klasifikasi perencanaan fasilitas terdiri dari 3 jenis, yaitu:
Perencanaan lokasi
Tujuan dari perencanaan lokasi ini adalah agar perusahaan atau pabrik sebaik mungkin dapat beroperasi/berproduksi dengan lancar dengan biaya operasi rendah dan memungkinkan untuk perluasan di masa mendatang.
Penentuan lokasi yang tepat akan mempengaruhi pelayanan konsumen dengan memuaskan, mendapatkan bahan baku yang cukup dan kontinyu dengan harga yang layak, mendapatkan tenaga kerja yang cukup, memungkinkan perluasan dikemudian hari.
Faktor penentu untuk mendapatkan lokasi adalah: letak pasar, letak sumber bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, fasilitas pengangkutan, dan tingkat keamanan dan kenyamanan.
Metode pemilihan dan penentuan lokasi terdiri dari: factor rating, analisis nilai ideal, analisis ekonomi, analisis biaya-volume, pendekatan pusat grafiti, dan metode transportasi.
Perencanaan tata letak.
Tujuan penyusunan tata letak ini adalah untuk mencapai suatu sistem produksi yang efisien dan efektif melalui: pemanfaatan peralatan pabrik yang optimal, penggunaan jumlah tenaga kerja yang minimum, aliran bahan produksi yang lancar, kebutuhan persediaan yang rendah, pemakaian ruang yang efisien, ruang gerak yang cukup, biaya produksi dan investasi modal yang rendah, fleksibitas yang cukup, keselamatan kerja yang tinggi dan suasana kerja yang baik.
Efektifitas pengaturan tata letak dipengaruhi oleh: material handling, utilisasi ruang, mempermudah pemeliharaan, kelonggaran gerak, orientasi produk, perubahan produk, atau disain produk.
Tata letak dalam industri manufaktur ada 3 jenis,yakni: tata letak proses, tata letak produk, tata letak posisi tetap.
Perencanaan sistem material handling
Prinsip dasar sistem material handling ada 17, yakni
Posted in Management Produksi
Tagged lokasi, material handling, perencanaan, sistem, tata letak
Perencanaan fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudah perusahaan beroperasi. Continue reading
You must be logged in to post a comment.